Teer Jakarta mangroving ke TWA Angke Kapuk.
Beberapa hari sebelumnya, Pak Ketuteer Ilham dan Pak Korlap Fahrul sudah melakukan observasi dan koordinasi sehingga pada hari Sabtu kemarin (1/10/11) kami dapat mewawancarai pengelola Taman Wisata Alam ini.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, tepat pada pukul 12.30 WIB, para KeMANGTEER sudah berkumpul di tempat yang dijanjikan dan segera memasuki Taman Wisata. Setibanya di sana kami disambut dengan bangunan masjid berlantai kayu yang mengapung di atas muara dan dikelilingi hutan mangrove yang asri dan tenang.
Walaupun cuaca sangat panas, udara di sekitar taman wisata ini terasa segar. Belakangan kami tahu bahwa udara segar itu dihasilkan oleh pohon mangrove yang mempunyai kemampuan menyerap udara tak sedap. Hal ini tentu saja sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi udara di daerah Pluit yang berbau tak sedap, padahal lokasi keduanya tidaklah terlalu jauh.
Selepas menunaikan ibadah shalat zuhur, kami semua berkumpul di sebuah gazebo besar untuk mewawancarai salah seorang penyelamat mangrove di Indonesia. Beliau adalah Ibu Murniwati, seorang ibu rumah tangga berusia 62 tahun yang selama lebih dari 13 tahun berjuang untuk menyelamatkan eksistensi hutan mangrove di ranah Jakarta yang semakin hari semakin tergerus abrasi air laut.
Dalam wawancara singkat kami, Ibu Murni menceritakan lika-liku perjalanan beliau mengelola Taman Wisata seluas 99,8 hektar yang difungsikan sebagai wilayah konservasi agro wisata ini .
Dimulai tahun 1995, ibu berusaha untuk mendapatkan rekomendasi dari Departemen Kehutanan, Departemen Pariwisata dan Gubernur Jakarta sebelum akhirnya mendapatkan SK mengelola Taman Wisata.
Tidak sampai disitu saja, beliau juga harus berjuang melawan penambak liar yang kegiatannya merusak habitat mangrove. Dengan pendekatan yang lebih personal, ibu Murniwati berhasil merangkul para penambak liar untuk tidak melakukan pengrusakan di area konservasi mangrove. Bahkan ibu juga mempekerjakan mereka.
Para penambak yang dulunya kerap membuat kerusakan, kini bahu membahu merawat dan menjaga pasukan pasukan mangrove sang Pelindung Pesisir.
Beliau mengkritik reformasi negara kita yang menurutnya sudah kebablasan.Reformasi yang identik dengan pembangunan seharusnya memberi kemaslahatan bagi semua.
Tidak hanya bagi manusia yang membutuhkan tempat untuk tinggal, makhluk hidup lainnyapun juga memiliki hak untuk hidup.
Untuk itu pembangunan seharusnya tetap menjaga keseimbangan alam. Beliau juga mengingatkan kita untuk tidak hanya mampu bicara, tetapi harus bisa membuktikannya dalam aksi nyata. Stop talking and start doing the actions, itu baru namanya peduli.
Singkat cerita, melihat kami yang sangat bersemangat ingin terjun langsung menyelamatkan mangrove, ibu berpesan bahwa sebelum menanam, kita harus mengetahui bagaimana cara menanam dan mengembangbiakkan mangrove yang benar.
Hal ini sangat penting agar usaha penanaman tidak berakhir sia sia. Perhatikan saja bagaimana petani mangrove bekerja dan langsung praktekan, begitulah saran beliau.
Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Murni, kami dipersilahkan untuk berkeliling dan melihat-lihat Taman Wisata Alam Angke Kapuk. Selama berkeliling, Pak Ketuteer Ilham juga menjelaskan kepada kami mengenai hal-hal yang baru saja kami lihat.
Dimulai dari tempat penanaman bedeng yang berisi pohon mangrove yang masih kecil, tempat pembuatan bedeng, tempat pengembangbiakan bibit-bibit mangrove, dan lain-lain.
Menurut penjelasan petugas yang bekerja di sana, hutan mangrove yang sedang kami lintasi itu dulunya pernah rusak dan tercemar. Namun berkat perjuangan ibu Murni dan para pekerjanya, hutan mangrove di Muara Angke akhirnya dapat diselamatkan. Subhanallah!
Sehabis berkeliling, kami mengadakan rapat untuk menentukan agenda KeMANGTEER Jakarta selanjutnya. Lalu diputuskanlah bahwa tanggal 8 Oktober 2011 nanti kami akan kembali mengunjungi Taman Wisata Alam Angke Kapuk untuk melihat penanaman mangrove yang benar.
Kebetulan di hari yang sama, rombongan dari Bank Mandiri akan melakukan aksi tanam mangrove dan kami berkesempatan untuk melihat langsung bagaimana seharusnya mangrove ditanam.
Perlu diketahui, di pertemuan kedua ini, KeMANGTEER Jakarta kedatangan anggotanya yang baru loh. Ada Teer Gerin dari SMA Gonzaga, Teer Mulyadi dari Universitas Mercubuana, Teer Dwi, Teer Nadia, dan Teer Tio dari Universitas Pancasila.
Sekian reportase pertemuan kedua KeMANGTEER Jakarta. Dari perjalanan ini, kami memetik pelajaran yang sangat berharga. Jika seorang ibu rumah tangga biasa saja mampu melakukan perubahan yang positif bagi lingkungan, kami yakin kami juga dapat melakukan hal yang sama. Semoga niat baik ini senantiasa diberi kemudahan oleh Yang Maha Kuasa. Amiin. SEMANGTEER! (AMA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar